FayakhunAndriadi, di Jakarta, Kamis, mengingatkan Pemerintah untuk tidak lagi berniat “ngutang
Alutsista” demi menuju kemandirian dan swasembada alat pertahanan. “Jika kita
benar-benar mau mewujudkan ‘Swasembada’ alat utama sistem persenjataan
(Alutsista), salah satu langkah awal paling penting adalah dengan menghilangkan
niat terus ‘ngutang’ karena selama ini cuma mengenakkan pemasok serta mitranya
di birokrasi,” ungkapnya.
Fayakhun
Andriadi juga mengungkapkan, perhatian Pemerintah dan DPR RI, terutama Komisi I
terhadap Alutsista Tentara Nasional Indonesia (TNI), khususnya pada era
2009-2014, sangat ekstra serius. “Belanja Kementerian Pertahanan (Kemhan) dan
TNI pada tahu 2005, nilainya sekitar Rp21 triliun dengan biaya rutin gaji
pegawai, pemeliharaan, dan belanja modal sudah mencapai hampir Rp18 Triliun,”
paparnya.
Dengan kondisi
itu, lanjutnya, mustahil dengan tiga triliun bisa mewujudkan Alutsista yang
memadai. “Pada saat itu, jalan keluarnya adalah mekanisme ‘ngutang, meminjam
kepada negara lain dalam bentuk KE atau Kredit Ekspor. Namun pada tahun
anggaran (ta) 2011 telah berubah drastis,” tuturnya.
Belanja Kemhan
dan TNI, menurutnya, kini menjadi Rp47Triliun, ditambah “minimum essential
force” (MEF) sebesar Rp9 triliun. “Jadi totalnya menjadi senilai Rp58Triliun
(diluar remunerasi). Semestinya nilai yang bisa dibelanjakan untuk Alutsista bisa
lebih dari Rp20Triliun,” tegas politisi muda Partai Golkar yang kini tengah
menuntaskan studi doktor ilmu politiknya di Universitas Indonesia.
Hilangnya Martabat Pertahanan
Fayakhun
Andriadi mengatakan pula, apabila digunakan untuk membangun industri pertahanan
dalam negeri, dana sebesar itu (yang dialirkan terus menerus) bisa mewujudkan
Swasembada atau adanya kemandirian Alutsista. Namun yang terjadi kini, ujarnya,
masih ada sistem pembelian Alutsista dengan mekanisme KE. “Padahal, membeli
Alutsista impor ini, pada akhirnya adalah terjadi ‘capital flight’ dan
ketergantungan suku cadang Alutsista pada negara lain,” tandasnya.
Malah, kata
Fayakhun Andriadi, pada gilirannya nanti bisa menghilangkan martabat pertahanan
bangsa karena negara yang minjami uang akan tahu dengan jelas spesifikasi
Alutsista hasil pembelian kita dengan menggunakan (uang) pinjaman mereka.
“Dengan semangat membangun MEF dan biaya belanja Alutsista yang besar pada
tahun anggaran 2011 ini, saya berharap Kemhan dan TNI menghilangkan rencana
membeli Alutsista secara ngutang,” tegasnya.
Fayakhun
Andriadi mengajak semua komponen bangsa yang peduli terhadap martabat
pertahanan negara agar memberi atensi serius terhadap masalah ini. “Pokoknya
stop ‘ngutang” sebab utang ditambah bunga adalah dosa kita kepada generasi yang
akan datang,” tandasnya lagi.
FayakhunAndriadi mengatakan pula, “budget” yang ada harus bisa ditata dan direncanakan
secara baik, lalu mengajak industri pertahanan dalam negeri bersama-sama
membangun swasembada Alutsista, demi martabat serta harga diri bangsa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar